Karya : Ni Made Mayumi Gitamayura Saptawan
Di lautan yang gelap, kita tidak bisa berlayar kalau tidak ada mercusuar, kadang ada kalanya kita merasa seperti bersusah payah, sendirian di laut yang gelap. Siapa pun pasti ada saatnya seperti itu, karena semua orang butuh Mercusuar didalam hatinya, yaitu sesuatu yang menolongmu agar hatimu tidak kehilangan arah walau seberat apapun itu. Buatlah mercusuarmu juga? Kemudian berbahagialah… buatlah kenangan indah yang banyak lalu menutup ingatan menyedihkan dan luka itu.
Kita dilahirkan ke bumi ini untuk menebus segala dosa yang telah kita perbuat dimasa lalu, ada yang terlahir hanya untuk menyelesaikan misi lalu melepas ikatan duniawi, atau ada juga yang mengulang kesalahannya sehingga terlahir kembali. Siklus hidup kita memang sulit untuk diprediksi. Takdir juga sama, hidup dan mati sudah ditentukan oleh Nya, Tuhan Yang Maha Esa.
Ini adalah sebuah kisah di mana, seorang kakak akan terus merasa bersalah akan kepergian adik bungsu tercintanya, Shashayama Hideyoshi Gayatri, anak pertama yang memiliki kebijaksanaan dan sifat dewasa sebelum waktunya karena kondisi dan latar belakangnya. Shanna Hideyoshi Saraswati, anak kedua yang tidak tahu harus berbuat apa, dan siapa yang semestinya diberi dukungan olehnya.
Seorang bocah laki laki terbaring lemas di bangsal rumah sakit. Ia tersenyum walau tau jika ajalnya telah menanti. Berulang kali anak itu sudah bercerita pada kedua orang tuanya, jika ada orang tua paruh baya yang menunggu anak itu, hal ini bukanlah mitos, tapi memang fakta dari setiap pasien yang sudah pasrah akan hidupnya. Bocah laki laki itu bernama Kaivan Hideyoshi Mahendra, bocah yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak harus memakai selang infus di sekujur tubuhnya. Anak sekecil itu seharusnya bisa bermain di luar rumah atau mungkin bercanda-tawa dengan teman lainnya, memang tak ada yang tahu bagaimana ini semua terjadi. Dokter saja masih mempelajari tentang penyakit yang diderita. Ini adalah penyakit langka, yang biasanya sering di alami oleh anak laki laki yang berusia 5 tahun. Penyakit ini memiliki nama yang sangat asing di telinga kita, namanya Distrofi Otot. Dimana gejalanya dapat berbeda beda pada tiap penderita.
Disisi lain, kami sekeluarga Hideyoshi sangat bersedih, mama sampai tidak bisa mengeluarkan cairan air mata karena sudah banyak ia luapkan dalam 1 detiknya. Papa hanya memijat keningnya, walau kenyataan ia menangis tak sanggup melihat putra bungsu nya menderita didalam sana. “Mama, nanti gimana kalau adik ninggalin kita semua? Kakak engga mau ditinggalin adik, ma!” Kakak Shasha membentak mama, yang hanya diam, tak tau harus berbuat apa. Mungkin karena kedewasaannya, kakak memahami apa yang dirasakan mama dan papa saat ini. Tetapi aku? Aku tidak mengerti apa yang terjadi di situasi ini, aku hanya ikut bersedih.
Shanna memang tidak tahu apa yang sedang ditangisi oleh kakak dan orang tuanya, tetapi ia bisa merasakan tenggorokannya kering dan sakit saat mengeluarkan setetes air mata. Ternyata Kaivan tidak bisa bertahan lama lagi, tuhan memang sangat menyayanginya dan memilih jalan yang terbaik untuknya, ia pergi selamanya, meninggalkan kami semua yang sudah berminggu minggu menemani dirinya yang selalu berbaring di bangsal. Dengan rasa kesal dan sedih yang bercampur aduk, Shasha dan Shanna berteriak keras, mengekspresikan dirinya jika saat ini Tuhan itu memang kejam! Jika Tuhan menyayangi semua ciptaannya, kenapa harus dengan cara merenggut nyawanya?!
“Kakak Shasha, adik Shanna, udah yuk? Berhenti dulu nangisnya ya? Kasian adiknya loh, nanti dia sedih pas mau menghadap Tuhan. Mau buat adik Kaivan sedih nanti? Enggak kan? Udah jangan nangis lagi, kita doakan yang terbaik untuk adik diatas sana ya, semoga tugas 1000 tahunnya adik lancar ya? Supaya adik Kaivannya cepat terlahir kembali, terus mendapatkan kebahagiaan yang enggak didapat adik selama 5 tahun ini.”
Kami sekeluarga Hideyoshi saling berpelukan hangat, hingga hari demi hari telah berganti. Tak sadar jika tahun telah berganti, di tahun ini satu nasehat untuk kalian, tolong selalu perhatikan bagaimana kondisi dari seorang anak. Jangan seolah olah menghiraukan keluh kesah dari anak kalian, bukan hanya seorang anak, siapapun orang yang kalian miliki dan jangan menganggap semua yang dikeluhkannya padamu merupakan hal yang sepele.
“Mama, Papa! Shasha sama Shanna udah balik! Eh, kok murung gitu sih? Lihat Shasha bawain apa untuk kalian? Tada … Ini adalah full album musik dari penyayi favorit kalian loh.”
Papa hanya tersenyum, kemudian mengambil laptop untuk membaca koran elektonik. “Taruh di atas meja aja ya kak albumnya. Nanti kita putar lagunya bersama sama.” Shashayama hanya mengiyakan saja. Sedangkan Shanna terlalu banyak berpikir, “Kenapa ekspresi mereka berdua tanda tanda banget ya?” Sambil mengeluarkan buku kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya. “Apa itu dik? Tanda tanda apa yang kamu maksud itu? Jangan bilang tanda tanda dalam bahasa Hungaria ya?” Tanya kakak Shasha, “Ihh, jangan kasih tau ya, moga aja gak didenger!” Timpal Shanna sambil tertawa. Meskipun kami sekarang berbagi suka duka berdua, kami sesungguhnya tidak melupakan bagaimana kami membuat kenangan kami bertiga saat masih menjadi bocah bau kencur, atau semasih Kaivan bernafas dan mengeluarkan banyak ocehannya pada kami.
Kaivan, as you know, kita semua disini merindukan kamu, aku tahu walaupun kenyataan kamu ada disini, mendengar atau ikut bersuka duka, tapi inget, kamu enggak diajak, beda alam, beda cerita. Bercanda kok dik. Kali ini Shanna merasa ada yang tidak beres dalam hatinya, ia menangis setelah membuka halaman pada buku yang selalu ia bawa kemana mana. Hari ini, 17 Januari xxxx adalah hari yang tak kan pernah terlupakan semasih jiwa ini masih bisa menghembuskan nafas. Tanggal itu membuatku benci pada orang tua astral yang telah menunggu adikku, meninggalkan dunia fana. Aku benci hal itu. “Loh? Shanna kok kamu nangis sih? Jangan dong kaya gitu,” belum selesai Shashayama akan berbicara, ia sudah tau kenapa hari ini suasana murung tidak secerah hari hari kemarin.
Shasha dengan sifat dewasanya memeluk Shanna adik yang lebih muda dua tahun darinya. “Aku sebenarnya tau kok, kenapa suasana rumah murung kaya gini.” Shasha yang dewasa sekarang justru terlihat lemah, memangnya kalian pikir Shasha yang bersikap dewasa tidak pernah merasa sedih? “Aku baru ngerti, kenapa ini terjadi. Aku baru bisa ngerasain gimana sih menjadi orang yang ditinggalkan oleh seseorang yang sangat disayang. Aku sedih, setiap malam hari aku sering denger mama putar video rekaman adik pas ada kegiatan di taman kanak kanak. Mama ketawa, tapi dia nangis, kan aku jadi ikut sedih.”
Papa mendengarkan semua percakapan kakak beradik itu, jadi dia berpura pura bahagia dan mengatakan, “Mama, Kakak, Adik! Sini sebentar! Papa ada kejutan loh!” Kami yang mendengar langsung menuju ke sumber suara. Ish papa ini kaya anak anjing yang habis menang lomba estafet tulang aja. “Apasih pa? Jangan bilang cuma tiket Spa kadaluarsa lagi.” Mama masuk kedalam komunikasi garing yang gak ada alurnya.
Papa dengan senyum sumringah berusaha membuat keluarganya tertawa, “Lah bukan kok, kali ini ada tiket konser penyanyi legendaris bernama Tanaka Hideyoshi Dharma, mau kesana gak?” Tanya papa sambil pamer, “TIDAK!” Jawab kami serentak! “Papa gak asik, kaya kita gak tau aja, kalau itu sebenarnya ajang pamer diri. Ah remidi banget papa, gak bisa kasih spoiler dengan baik.” Ya guys, artis yang papa maksud itu dia sendiri. Itu nama aslinya dia. Siapa yang tidak tahu jika papa akan segera mencalonkan diri menjadi pelawak? “Udah ah, malah kalian yang enggak asik namanya, papa gak mau buat orang lain tertawa, keluarga papa aja masih belum ada yang ketawa tuh disini.” Orang tua jaman sekarang, bahasanya gak mau kalah dari Generasi Stroberi.
Hari menjelang siang, tidak biasanya tuh mama sama papa mengajak kami makan diluar, dulu saat Kaivan masih hidup, waduh sering banget kita makan di luar sampai buat kanker (kantong kering), lucu banget ya dulu kehidupan kita, coba kamu masih hidup dik, jangankan Kanker, saldo papa akan cepat menjadi Rp0, hahahaha! “Yes! Makan nasi goreng daging kecap kesukaan mai selp!” Kata Shanna dengan penuh semangat. “Ish apasih, lebay!” Ini merupakan karakter orang sirik, kalau gak suka, plis no comment!
Singkat waktu, perut kami sudah dipenuhi oleh makanan dan minuman yang enak, tidak sia sia menikmati makanan gratis tanpa mengeluarkan dana sepeserpun. “Gak apa deh, yang penting keluarga udah tersenyum cerah aja dulu.” Ucap papa sambil elus dada melihat satu lembar uang berwarna merah di dompetnya yang mulai menipis. Shasha masih menghitung pengeluaran supaya bapaknya gak tekor, “Bentar kakak tampan, total dari pesanan kami yang sesungguhnya itu adalah sebesar Rpxxxx S&*#@!?MD&, blablabla, begitu.” Tidak henti-henti hingga pemilik resto memberikan penyataan Pro untuk kecerdasan Kak Shasha.
“Makasih ya, kamu teliti banget dik, hanya keteledoran kecil dari karyawan saya, kamu dapat meluruskannya, kebetulan saya seorang manager di sebuah perseroan terbatas, dan kami butuh seorang accounting. Saya pikir kamu sangat cocok?” Bb-buik?? Sumpah demi Dewa?
Hari menyedihkan ternyata dapat membawa keberuntungan untuk kak Shasha, ha ha ha ha ha, aku tertawa kaya gitu, no ekspresi. “Udah udah, Nak Manager, bahas itu nanti aja ya, langsung aja kerumah untuk memberi lamaran.” Kakak Shasha mendadak baper, manager itu masih muda, sekiranya berusia lebih tua tiga tahun dari kakak, “Iya bener kata papa, langsung aja mampir kerumah kasih lamaran pekerjaan, iya kan pa?” Ups, Shasha pikir itu lamaran tentang… Sudahlah mama juga sama aja. Shanna tertawa kecil, dia tau betul jika kakaknya yang super GEER ini berpikir ke arah lain, ya habis saking lamanya ngejomblo sih. Eh? Bukan jomblo, banyak lelaki tampan dan mapan datang kerumah ngelamar kakak, tapi semua ditolak mentah mentah dengan cool.
Kami menaiki mobil yang dibawa papa menuju tempat makan siang, dan melanjutkan perjalanan entah kemana, balik rumah mungkin? Eh tidak, arah menuju rumah sudah kelewatan jauh, ternyata kami pergi ke tempat pemakaman, dalam adat istiadat Bali tempat pemakaman disini sering disebut dengan “Setra”, kami berkunjung untuk melihat kondisi kuburan adik. Disana kami melihat acara pengabenan, Shanna bisa merasakan betapa api membakar seluruh memorinya. Secara tak sengaja, Shanna menabrak laki laki dari keluarga yang tengah berduka, kemudian mereka berbicara panjang lebar serta menanyakan maksud tujuan kemari.
Oh rupanya, kasus hari ini sama dengan kami, laki laki bertubuh atletis dan tinggi berkulit kuning langsat itu sangat tampan walaupun air matanya tidak pernah berhenti mengalir, dia bernama Deeptha Dinata ( dibaca Dipta ). “Adik ku menderita penyakit langka, dia sudah tiga tahun tidak melanjutkan pendidikan karena dia sudah kehilangan seluruh otot nya, jangankan menggunakan kursi roda, tubuhnya saja sudah tidak mampu untuk berdiri lagi, tubuhnya mulai mengurus dan bentuk tulang berubah total karena posisi berbaringnya. Tapi gak apa, kan yang penting dia udah enggak sakit lagi, dulu aku kesal banget, soalnya dia itu apa apa ngerepotin, kaya minta bantuan membersihkan diri atau meminta bantuan untuk membawanya ke kamar mandi.
Dia itu sering ngeluh sakit, karena aku kesal, aku bentak dia, biar gak banyak ngomong sakit sakit terus.”
Distrofi otot itu penyakit yang membuat otot menjadi lemah, hingga dapat membuat kita kehilangan kepadatan dan fungsinya dengan cepat. Distrofi otot dapat dialami oleh semua jenis usia, tetapi kebanyakan kasus, penyakit ini menyerang anak anak, terutama gender laki laki. Penyakit ini dikatakan penyakit langka yang pada umumnya diturunkan oleh keluarga, ya disebabkan juga oleh faktor genetik atau mutasi (perubahan) pada gen yang bertugas mengatur fungsi dan membentuk otot. Gejalanya bisa ringan, tetapi makin memburuk dari waktu ke waktu. Jika kondisinya mulai parah, penderita penyakit ini bisa kehilangan kemampuan untuk berjalan, berbicara atau merawat diri.
Begitu mendengarkan cerita dari adik Dipta, aku benar benar sedih, inilah yang dirasakan keluargaku dulu, Shasha datang menghampiri ku, dia telah mendengar cerita Dipta secara keseluruh secara disengaja. Dia mengucapkan turut berduka cita, dan mengatakan jika itu sudah kehendak Tuhan. Disamping itu rupanya ada Kaivan yang tersenyum melihat kakak kakaknya yang cantik sudah tumbuh dengan baik. Tak ada lagi yang diinginkan anak itu, selain melihat kedua kakaknya berhenti untuk merindukannya, dari atas awan, kita melihat bentuk awan yang sangat aneh, menyerupai huruf “I MISS YOU 3000” . Kejadian awan langka diimbangi dengan keluarga Hideyoshi yang bersembahyang demi kebaikan di alam adik saat ini. Love yourself and your loved ones, while he or she is still alive. build your lighthouse, okay? You are my lighthouse for today, tomorrow and forever, I miss you 3000.
The end-