SAYANG MAMA
Oleh : Kezia Asa Prashanty
Suatu hari, Nina terbangun dari tidurnya. Ia mendengar suara yang membangunkannya. Siapa lagi kalau bukan Mamanya.
“Nak, bangun… Ayo siap-siap ke sekolah!” Ucap Mama.
“Iya, Ma.” Balas Nina sambil mengusap matanya.
Nina langsung menuju kamar mandi dan mengenakan pakaian seragam sekolahnya. Setelah itu, Ia menuju ke dapur untuk sarapan bersama Papa dan Mamanya.
Seperti biasa, Mama sudah menyiapkan makanan untuk Papa dan Nina karena Papa akan berangkat ke kantor dan Nina akan berangkat ke sekolah. Sambil melahap nasi, Nina melihat Mamanya yang memakai celana panjang dan kemeja seperti hari-hari biasanya. Tidak merias diri, tubuhnya gemuk pendek, dan rambutnya dipotong seperti laki-laki. Terkadang Nina berandai-andai jika memiliki Mama yang berpenampilan modis seperti Mama teman-temannya di sekolah. Mama Nina menggunakan baju bagus dan berias hanya pada saat ke pesta saja. Sebaliknya, Papa Nina selalu berkemeja lengan panjang, berjas dan berdasi. Dalam hati kadang Nina bertanya. “Mengapa, Papa mau menikah dengan Mama? Bahkan sangat menyayangi Mama.”
Setelah selesai sarapan, Nina langsung berangkat ke sekolah bersama Papa sedangkan Mama pergi ke pasar untuk berjualan sayur-sayuran.
Hari ini, Nina pulang lebih awal karena diadakannya rapat guru di sekolah. Namun, Nina malas pulang ke rumah. Jika Ia pulang, maka Ia hanya sendirian di rumah. Ia pun memiliki ide untuk pergi ke pasar untuk menemui Mamanya.
Sesampainya di pasar, Nina langsung berjalan melewati lorong pasar. Disana, pasar sudah mulai sepi, pedagang mulai meringkas barang-barang jualannya. Beberapa pedagang terlihat lelah dan mengantuk. Sampai akhirnya Nina sampai di kios Mamanya.
“Ma, Nina pulang cepat. Guru-guru rapat!” Kata Nina.
“Kalau begitu kita pulang bersama. Mama mau beres-beres dulu ya!” Balas Mama.
Saat itu, Nina melihat anak laki-laki menggendong karung yang berisi botol bekas dan kardus bekas menuju ke kios Mamanya. Terlihat dekil dan pakaiannya pun kumal.
“Halo Ma, ada botol dan kardus bekas?” Tanya anak itu ke Mama.
“Eh ada Beno.. Sini Ben, Mama punya banyak!” Balas Mama.
Mama pun memberikan botol dan kardus bekas yang ada di kios.
“Ini siapa Ma? Anaknya? Cantik kayak Mama!” Ucap Beno spontan.
“Iya ini anak Mama. Ayo kenalan dulu!” Kata Mama.
Dengan segan Nina mengulurkan tangannya. Dalam hati Nina kurang senang. Apa-apaan si Beno ini? Panggil Mama dengan seenaknya. Mama? Mama siapa?
Beno meletakkan karung yang telah dibawa dan langsung membantu Mama meringkas barang serta membersihkan kios. Seketika Nina terperanjat bahwa anak itu mau membantu Mamanya.
“Terima kasih telah membantu Mama ya, Ben. Oh iya kamu sudah makan belum?” Tanya Mama.
“Belum, Ma.” Jawab Beno.
“Kalau begitu, ayo ikut ke rumah Mama. Mama akan masak. Kita bisa makan bersama.” Kata Mama.
Dengan penuh semangat, “Serius, Ma? Asyik Beno bisa makan enak hari ini!” Tanya Beno.
Mama menganggukkan kepala. ”Ayo, sekarang kita ke rumah Mama!”
Secara bersamaan, Papa juga sampai di rumah bertepatan saat Mama, Beno dan Nina sampai di rumah. Setelah itu, Beno ditemani Papa di ruang tamu. Sedangkan, Mama dan Nina di dapur untuk memasak. Namun, Mama melihat wajah Nina yang sepertinya cemberut.
“Nak, kenapa wajah kamu cemberut begitu?” Tanya Mama.
“Itu Beno kenapa sih? Manggil Mama Nina dengan sebutan Mama? Kenapa tidak memanggil dengan sebutan Tante? Dan juga apakah Mama tidak malu mengajak anak itu ke rumah?” Kata Nina.
“Nina, apalah arti sebutan Mama. Mama tetap jadi Mama Nina kok. Tapi Nina dengerin Mama dulu,”
“Coba lihat Beno, masih umur segitu Ia harus bekerja karena anak yatim-piatu. Ia tidak seberuntung kamu, Nak. Memiliki orang tua yang lengkap, bisa makan enak, bisa sekolah di sekolah yang bagus. Kita harus bersikap baik, kita harus saling menolong dan saling berbagi. Beno juga merupakan anak yang baik. Jadi, kamu tidak boleh seperti itu.” Ucap Mama memberi pengertian sambil mengelus rambut Nina.
Nina pun tersadar setelah mendengar ucapan Mamanya itu. Disini, Nina yakin bahwa hati Mamanya benar-benar mulia. Nina juga tersadar bahwa Beno merupakan anak yang baik.
Setelah masakan matang, Mama langsung menyajikannya di meja makan. Kini, ada Beno, Mama, Papa dan Nina yang sudah siap menikmati masakan Mama.
Beno pun mulai melahap masakan Mama, “Wah!! Ini enak sekali Ma!” Kata Beno penuh semangat.
“Iya ben, Istri Om ini memang pandai memasak!” Puji Papa kepada Mama.
Nina pun memakan masakan Mamanya dengan sangat lahap. “Mama memang hebat. Padahal Mama sudah lelah berjualan tapi Mama tetap memasak masakan yang enak begini. Nina sayang banget sama Mama!” Puji Nina sambil memeluk Mamanya.
Mama pun senang mendengar pujian tersebut dan membalas pelukan Nina.
“Ayo Ben, tambah lagi! Makan yang banyak! Mama ku sudah masak spesial untuk kamu nih!” Kata Nina kepada Beno sambil tersenyum.
Sore menjelang malam itu dilewati dengan suasana hangat makan bersama. Nina menyadari bahwa Ia sangat bersyukur memiliki Mama yang baik hati dan pekerja keras. Sehabis berjualan di pasar pastilah Mama lelah, tetapi Mama tetap memasak untuk keluarga, selalu menyayangi dirinya dan selalu menolong serta berbagi kepada orang yang membutuhkan. Nina sangat sayang kepada Mamanya. Seketika keinginan memiliki Mama yang berpenampilan modis hilang. Walaupun tidak berpakaian modis, tapi hati Mama sangatlah cantik! Pantas saja Papa pun menyayangi Mama seperti Nina menyayangi Mama.