SAHABAT TAK KUSADARI
Oleh :Ni Wayan Eka Apriyanti
Namaku Desy, umurku 15 tahun. Aku menduduki Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya kelas VIII. Aku dikenal seorang pendiam di sekolah, anak tak mau bergaul dan cupu! Sebenarnya, aku bukan tak mau bergaul… Hanya saja, aku takut tak ada yang mau berteman dengan anak cupu seperti aku.
Di kelasku ada dua perempuan yang hitz di sekolah, yaitu Windy, dan Lia. Mereka semua cantik, pintar dan anak-anak kekinian (bahasa zaman sekarang), berbanding terbalik denganku yang culun dan cupu. Dan aku tak pernah berani berbicara pada mereka, tinggi hati dan pasti mereka tak mau berteman dengan anak cupu sepertiku.
“Hoii…” tiba-tiba ada suara yang mengganggu lamunanku ternyata mereka adalah dua perempuan yang sedang dalam lamunanku aku segera menjawab “Ada apa?” kemudian Windy berkata “Tidak apa-apa, memangnya tidak boleh ya menyapamu?”. Tentu aja boleh” jawabku. “Lalu kenapa kamu seperti tidak suka kalau kami sapa?” kata Lia. “Aku hanya kaget” jawabku gugup. “Ohhh, kata Windy sambil mengacak-acak rambutku. Sejujurnya aku kesal dia mengacak-acak rambutku, tetapi aku tau dia seperti itu dan berkata begitu hanya bercanda bukan mengucilkan aku. Aku berkata dalam hati “kenapa mereka tiba-tiba begini padaku?”.
Tiba-tiba mereka bertiga menarik lenganku, jujur aku takut. Berbagai dugaan negatif muncul dalam pikiranku. “Mereka pasti ingin membullyku habis-habisan, atau aku akan dipermalukan? Atau mereka akan menyuruhku membuat lelucon agar mereka tertawa puas?” itu sangat menggangguku. Hingga akhirnya kami sampai pada tempat yang telah mereka tentukan. Aku bingung. “Hahhh, kantin? Kenapa kalian membawaku ke kantin?”. “Kamu akan mentraktir kami makan, karena kamu kan sudah bergabung nih dengan kami, gapapa dong traktir”. “Apa? Bergabung? Sejak kapan? Anak cupu seperti diriku bergabung dengan kalian yang ….” Windy memotong bicaraku “sudahlah, kamu bergabung dengan kami mulai saat ini, kalau kamu cupu emang kenapa? Kamu itu lucu, polos, bukan cupu, emang kami sudah sempurna? Kan tidak Desy…! Sudahlah udah laper nih, makan yuk”. Aku berhenti menanyakan pertanyaanku, hingga aku mentraktir mereka makan. “Ternyata mereka baik dan tidak tinggi hati” pikiranku.
Saat jam pulang sekolah mereka menghampiriku lagi dan mengajak pergi ke taman. Mereka menjawab semua pertanyaanku, ternyata sudah sejak lama mereka ingin mengajakku berteman tetapi aku selalu menghindar dari mereka. Ya memang benar, karena aku kira tak pantas bergabung dengan mereka. Mereka sudah lama menganggapku sebagai sahabat mereka.
Dan sekarang, barulah aku menyadari bahwa mereka selama ini adalah yang selalu menganggapku sahabat meskipun kami belum pernah bersama. Mereka adalah sahabat yang tak kusadari yang sudah sejak lama peduli padaku.