BUKAN UNTUKKU

Sebuah Cerita Pendek, yang berjudul “Bukan Untukku” ini merupakan karya dari Ni Luh Putu Prema Santini, yang sekarang duduk di kelas XII AKL2.

Selamat Membaca.

 

BUKAN UNTUKKU

 

Hari ini tepat tiga tahun aku mengenalnya, sejauh ini perasaanku masih sama, yaitu selalu mencintainya dalam diam. Aku ingin menyatakan cinta, tapi…. sepertinya kamu masih dalam bayang-bayang dia.

Aku menatap kesal ke arah Andra, dia sungguh membuatku jengkel sekarang, bagaimana tidak kita sudah berminggu-minggu tidak berjumpa dan sekarang sudah bertemu dia malah asik bermain game diponselnya.

“Andra! Katanya sekarang kita mau seneng-seneng liburan kok malah asik sendiri?” tanyaku kesal.

“Bentar Bi, ini lagi nanggung.” Ucapnya tanpa melihatku dan masih terfokus pada layar ponselnya.

“Gak asik!” kataku.

Aku yang sudah tidak tahan langsung merampas ponselnya membawanya jauh dari Andra, dia tidak tinggal diam lalu mengejarku dan jadilah kita kejar-kejaran.

“Sini bawa ponselnya Bi!” Suruhnya terus mengejarku.

“Gak mau, kamu nyebelin!” Ucapku sambil mengejeknya, terlihat dia tertawa, rasanya bahagia sekali melihat orang yang disayang bisa tertawa lepas seperti itu.

Setelah merasa lelah aku dan Andra memilih duduk bersama mencoba menetralkan detak jantung serta napas kita berdua karena kelelahan, deburan ombak terdengar keras membentur karang dengan warna jingga diatas sana membuat suasana seakan menenangkan. Aku beruntung bisa menikmati semua ini bersama dia, orang yang selalu aku harapkan suatu saat nanti bisa menjadi alasan aku bahagia.

“Andra!” Panggilku.

“Hmmmm…” Andra hanya berdehem dengan mata yang masih fokus pada layar ponselnya.

Aku memikirkan kembali ucapan yang akan keluar dari mulutku. “Boleh gak kalau seorang sahabat memiliki perasaan untuk sahabatnya?”

“Perasaan?” Tanyanya tak lagi melihat ponsel melainkan melihatku.

Aku yang dilihat menjadi gugup. “Cinta, salah gak kalau kita memiliki perasaan itu?” Tanyaku.

“Perasaan itu tidak pernah salah karena dia datang dengan terarah.”

“Kalau seperti itu maka aku tidak salah memiliki perasaan ini.”

“Maksud kamu? Perasaan ini?” Andra terlihat kebingungan.

Aku yang sadar telah mengucapkan kata yang tak seharusnya langsung mengalihkan topik pembicaraan. “Bukan apa-apa, ayo ke pantai aja main air!”

Aku langsung beranjak kemudian berlari menuju tepi pantai tanpa menunggu Andra, malu dan kesal semuanya bercampur sekarang, begitu bodohnya aku yang keceplosan terlebih dulu menyatakan perasaan meski aku begitu berani tapi keberanianku tetaplah kalah bila untuk jujur dengan perasaan ini, Andra kamu begitu berarti untukku sampai diriku sendiri rasanya sangat takut untuk berjauhan sedetikpun darimu.

Tetaplah menjadi ombak untuk laut, ombak yang selalu menghancurkan bila ada yang menyakiti laut.

…..

Suasana kelas begitu hening, entah kenapa rasanya sangat malas mendengarkan guru di depan belum lagi dengan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang membuatku ingin rebahan saja hingga tiba-tiba terlintaslah ide gila didalam pikiran ini.

Aku bangkit dari duduk dan maju menghampiri Buk Anaya yang masih sibuk menjelaskan. “Buk, saya permisi sebentar ke ruangan OSIS soalnya nanti ada rapat jadi saya harus mempersiapkannya.”

Buk Anaya mengangguk setelah itu, sangat gampang membohongi beliau ternyata padahal sebenarnya rapat akan dilaksanakan besok tapi tidak apalah berbohong sekali-sekali demi kebaikan daripada nanti tidur dikelas dan berakhir kena hukuman lebih baik membolos saja dengan cara baik.

Saat aku melintasi kelas Andra terlihat cowok itu sedang berdiri di depan kelas sepertinya sedang menjelaskan sesuatu.

Terlihat Andra mulai mempresentasikan materi yang dia bawakan. “Pergaulan bebas merupakan sebuah perilaku negatif sebagai ekspresi penolakan remaja. Beberapa penyebab remaja melakukan pergaulan bebas yaitu kegagalan remaja menyerap norma-norma agama dan norma-norma pancasila, sikap mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa terhadap keluarga yang tidak harmonis, dan lain sebagainya.”

“Pergaulan memiliki pengaruh yang besar terhadap proses pembentukan kepribadian. Remaja sangat rentan terpengaruh oleh pergaulan yang ada pada lingkungannya. Remaja harus cerdas untuk menghindari pergaulan bebas, karena seumuran remaja masih mudah goyah dan sedang mencari jati diri.” Lanjutnya.

Andra mengakhiri presentasinya dengan sangat baik, seketika terdengar suara tepuk tangan dari guru PKN. Ia tersenyum lebar pada anak didiknya itu. “Bagus Andra, saya bangga memiliki anak didik seperti kamu dan buat kalian semua juga harus berusaha lagi, jangan mudah putus asa dan terus belajar.”

Aku yang melihatnya ikut bahagia.

Terlihat Andra tersenyum tipis. Raut wajah  bahagia tercetak karena bisa membanggakan dirinya didepan guru dan teman-teman, karena jaman sekarang orang-orang menilai bukan dari penampilan saja melainkan akademik juga.

Aku tidak heran lagi melihat kepintaran seorang Andra, dia begitu sempurna sampai aku sendiri kadang-kadang berfikir apakah orang seperti Andra itu mau denganku yang hanyalah manusia bodoh.

…..

Pagi ini aku sedang menunggu Andra dan Reina rencananya kami akan liburan ke puncak sekalian mengunjungi keluarga Reina.

Reina adalah teman Andra aku tidak tahu pasti mereka sudah berteman seberapa lama tapi pernah aku menanyainya kepada Reina kata dia mereka sudah berteman sejak kecil.

Aku menghela napas berat melihat pemandangan didepan, mereka sangat akrab sampai aku saja tidak dianggap. Rasanya melihat saja perasaanku menjadi resah sampai tak nyaman untuk duduk diantara mereka.

Sekitar beberapa jam akhirnya kami bertiga sampai di rumah paman Reina aku meresa tidak enak juga ikut liburan bersama mereka tapi karena paksaan Reina dan Andra aku jadi ikut.

Sore ini kami bertiga sedang berjalan-jalan ditaman teh milik paman Reina udaranya begitu sejuk dengan kabut tipis yang menghiasi.

“Bianca!”

Aku menoleh saat Reina memanggilku. “Kenapa Rei?” Tanyaku.

“Cuma mau fotoan aja.”

“Aku kira kenapa.” Ucapku terasa lega.

Sekitar beberapa menit aku dan Reina asik berfoto dengan Andra yang menjadi photografer dadakannya. Kami bertiga menikamati kebersamaan ini, jarang-jarang ada waktu untuk bertemu atau sekedar keluar bertiga walau aku merasa sedikit tidak nyaman melihat kedekatan Andra dan Reina yang semakin lengket saja.

Jujur saja aku ingin sekali mengatakan perasaan ini sekarang, rasa takut kehilangan yang menyebabkan keberanian ini muncul saat dia bisa saja mendahului dan aku tidak akan rela untuk itu.

“Andra,” panggilku lalu menghampirinya yang masih asik bermain dengan camera.

“Iya,” Andra menghentikan kegiatannya. “Kenapa Bi?”

Sungguh rasanya sangat gugup saat melihat matanya, aku mencoba menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan berharap rasa gugup hilang. Aku harus mengatakan ini agar mendapatkan kepastian jika jawabannya tidak memuaskan itu bukan kendaliku lagi namun perasaan.

“Aku mau bilang sesuatu Ndra, kalau aku suka sama kamu, ini bukan sekedar suka biasa tapi, aku sungguh-sungguh sampai aku takut kehilangan kamu.” Ucapku dengan menunduk.

Aku yang awalnya menunduk mencoba menatap Andra rasa takut saat melihatnya hanya diam tanpa ekspresi seperti ini membuatku semakin gugup saat menunggu jawabannya hingga keheningan terpecahkan saat suara Reina datang.

“Kalian berdua saling suka?” Tuduh Reina tanpa bertanya masalahnya terlebih dulu.

“Bukan Rei, aku gak suka sama Bianca.” Bantah Andra dengan cepat yang langsung membuatku tercekat tanpa bisa berucap.

Itulah jawabannya. Andra tidak pernah ada perasaan lebih untukku, semuanya hanya untuk Reina bukan untukku.

“Kalian tega ya bohongi aku dibelakang dan kamu Bi aku kira kamu gak suka sama Andra tapi kenyataannya…” Reina tidak meneruskan ucapannya.

“Aku kecewa sama kalian berdua.” Katanya kembali lalu berlari pergi, Reina tidak mengerti yang aku rasakan juga, aku lebih sakit darinya.

“Rei jangan pergi dulu, kamu salah paham!” Ucap Andra ingin menghentikan Reina tapi dia sudah keburu lari.

Kini Andra menatapku, aku hanya bisa membisu sudah tahu bahwa kekecewaanlah yang akan bersamaku.

“Bi aku minta maaf, perasaan kamu gak bisa aku balas, aku menyukai Reina.”

Setelah mengucapkan itu Andra pergi mengejar Reina. Kembali lagi aku disini sendiri, entah sampai kapan kamu berusaha menutup mata menganggapku tidak ada, sekarang aku mencoba berdiri sendiri berlari dengan kaki sendiri dan berusaha merelakan sesuatu yang tak bisa kumiliki, mungkin sampai disini, kamu telah pergi.

…..

Dua tahun berlalu dan aku masih memiliki perasaan itu, dia tidak pernah ingin hilang dalam ingatanku.

Selama dua tahun ini juga aku tidak tahu kabar Andra dan Reina, mereka menghilang sejak saat itu.

Dering ponsel berbunyi membuyarkan lamunanku.

“Hallo”

“Apa kabar?”

Terdengar suara yang tidak asing diseberang sana.

Deg… jantungku seperti berhenti berdetak, waktu seakan berhenti berputar.

“Reina, ini beneran kamu?”tanyaku memastikan.

“Iya, maafin aku Bi, aku menyesal sudah membohongi kamu selama ini.”

“Membohongi?” tanyaku tidak paham.

“Andra yang nyuruh, sejujurnya dia cinta sama kamu bukan aku tapi…”

“Tapi kenapa Rei? Kamu kenapa nangis?”

“Andra sudah meninggal”

Saat itulah hatiku yang baru saja ingin sembuh terluka kembali.

“Andra kenapa Rei?”

“Andra sakit udah lama, dia takut bilang sama kamu karena gak ingin kamu mencemaskan dia.”

“Andra…” Sore itu aku menangis sejadi-jadinya aku merasa bersalah karena tidak pernah tahu bahwa Andra sedang sakit, aku juga telah membenci dia dan Reina padahal aku yang tidak tahu apa-apa disini.

Malamnya dengan keberanian aku membuka sebuah video yang dikirim Reina. Kini layar laptopku terpampang wajah ceria Andra tiba-tiba saja air mataku menetes, sesak memenuhi setiap rongga dadaku.

“Hai Bianca, jangan sedih-sedih lagi ya dan maafin aku buat waktu itu sebenarnya itu aku lakuin supaya kamu membenci aku, tidak tega memang untuk dilakukan tapi mau bagaimana lagi, aku tahu kamu mencintai aku tapi, aku harus pergi.”

“Setiap kenangan kita aku selalu ingat, percayalah aku akan terus mencintai kamu saat aku terlelap nanti. Jangan lupa sering-sering datang mengunjungi makamku, mungkin kita tidak bisa berbicara bahkan memeluk namun hatiku masih memeluk erat dirimu.”

Dan setelahnya gelap, video berhenti aku tidak sanggup lagi kenapa harus Andra orang yang sangat berarti untukku yang pergi.

Ponselku kembali berdering.

“Hallo”

“Hallo Bi, besok kita kemakam Andra”

Aku tidak yakin setelah ini akan bahagia kembali, karena sumber kebahagiaanku telah pergi melebur bersama hati.

 

-selesai-

 

#karyasiswa

#cerpen

#literasi

0 Balasan

Tinggalkan Balasan

Ingin bergabung dengan diskusi?
Jangan sungkan berkontribusi!

Tinggalkan Balasan